Menjalin riwayat Jalur Cendana, yang menautkan hio dan rosario di ujung tenggara Nusantara.
Oleh Agni Malagina
Menjelang sore di Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur, udara panas sisa siang tadi masih terasa membakar. Saya memutuskan bertandang ke sebuah rumah tradisi Timor yang berhawa sejuk, meskipun atapnya terbuat dari seng dan genteng. Dindingnya separuh tembok bata. Separuh lagi dari bebak, kayu pohon lontar, yang dicat seputih kapur. Rumah itu tampak bersahaja, hanya berhias kalender dan lukisan Perawan Suci Maria. “ Masuk, ayo masuk, lalu coba ini sirih pinang, ” ujar seorang lelaki ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar